SOLIDARITAS DJUANG

Tangkap dan Adili Polisi Pembunuh Mahasiswa Nomensen! 17 May 2013 18:18:57 Tangkap dan Adili Polisi Pembunuh Mahasiswa Nomensen! Bentrok Polisi dan Aparat Jakarta, Aktual.coGerakan Rakyat Menggugat (Geram) menggelar aksi solidaritas terhadap tindakan kekerasan aparat yang menyebabkan tewasnya Juliansen Ginting (23), mahasiwa semester IV FISIP HKBP Nomensen, 15 Mei kemarin. Aksi ini dipusatkan didepan Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda dan dimulai sore tadi, pukul 17.00. Dalam aksinya, Daeng Asbar berduka atas meninggalnya Juliansen. “Tangkap dan adili polisi pelaku pembunuhan Juliansen,” tegas Daeng Asbar yang juga Ketua GMNI FISIP Unmul, Samarinda. Mahasiswa juga mengecam tindakan represifitas aparat saat membubarkan aksi solidaritas di Kampus Nommensen dua hari lalu. “Kami pun menolak menolak rencana penaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), liberalisasi dan privatisasi pendidikan, serta penolakan terhadap RUU Kamnas-RUU Ormas,” tegasnya. Dalam aksinya, mahasiswa melakukan pembakaran ban di depan pintu masuk kampus. Mahasiswa pun membuka posko solidaritas sejak tanggal 1 mei 2013 kemarin. Aktifitas posko terus berlangsung hingga kini. Geram adalah gerakan lintas organisasi yang terdiri dari GMNI Samarinda, KPO PRP, Politik Rakyat, Pembebasan Samarinda, LMND Samarinda, Koma Progresif, Perempuan Mahardika, PMII Samarinda, UKM Stofia Unmul. Ari Purwanto

Ketika Aparat Jadi ‘Tukang Jagal’

10 Dec 2013 15:40:31 Ketika Aparat Jadi ‘Tukang Jagal’ Bentrok UMJ Semalam (Aktual) Jakarta, Aktual.co — 10 Desember 2013 diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia. Yang muncul dibenak publik dalam momentum ini adalah suatu kehidupan tanpa pengekangan, perampasan maupun penindasan manusia atas manusia. “Kita sadar benar bahwa ketika berbicara masalah HAM, Bangsa Indonesia yang kehidupan bernegaranya diletakkan pada dasar Gotong-Royong harus menjadi contoh bagi bangsa lainnya. Akan tetapi apa yang terjadi hari ini, memperlihatkan betapa bobroknya tatanan negeri kita,” kata aktivis GMNI FISIP Unmul Samarinda Daeng Asbar dalam keterangannya kepada Aktual.co, Selasa (10/12). Segala aspek di negara ini, baik ekonomi, politik, sosial, budaya bahkan moral sudah betul-betul jauh dari kepribadian bangsa kita. Indonesia sekarang tak lebih dari satu bangsa besar tapi lupa terhadap kebesaran dan kekuatannya. “Peristiwa pembantaian manusia di Indonesia tahun 1965-1966, hingga pada penangkapan, penculikan, pemerkosaan sampai pada pembunuhan terhadap para aktivis gerakan perjuangan rakyat yang berlangsung sejak pemerintahan rezim Soeharto masih berlangsung hingga saat ini,” sambungnya. Baca lebih lanjut

NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME

Sebagai Aria Bimaputra, yang lahirnya dalam zaman perjuangan maka INDONESIA-MUDA inilah melihat cahaya hari pertama-tama dalam zaman yang rakyat-rakyat Asia, lagi berada dalam perasaan tak senang dengan nasibnya. Tak senang dengan nasib-ekonominya, tak senang dengan nasib-politiknya, tak senang dengan segala nasib yang lain-lainnya. Zaman “senang dengan apa adanya”, sudahlah lalu. Zaman baru: zaman m u d a, sudahlah datang sebagai fajar yang terang cuaca. Zaman teori kaum kuno, yang mengatakan., bahwa “siapa yang ada di bawah, harus terima-senang, yang ia anggap cukup-harga duduk dalam perbendaharaan riwayat, yang barang kemas-kemasnya berguna untuk memelihara siapa yang lagi berdiri dalam hidup”, kini sudahlah tak mendapat penganggapan lagi oleh rakyat-rakyat Asia itu. Pun makin lama makin tipislah kepercayaan rakyat2 itu, bahwa rakyat-rakyat yang mempertuankannya itu, adalah sebagai “voogd” yang kelak kemudian hari akan “ontvoogden” mereka; makin lama makin tipislah kepercayaannya, bahwa rakyat-rakyat yang mempertuankannya itu ada sebagai “saudara-tua” yang dengan kemauan sendiri akan melepaskan mereka, bilamana mereka sudah “dewasa”, “akil-balig”, atau “masak”. Sebab tipisnya kepercayaan itu adalah bersendir pengetahuan, bersendi keyakinan, bahwa yang menyebabkan kolonisasi itu bukanlah keinginan pada kemasyuran, bukan keinginan melihat dunia-asing, bukan keinginan merdeka, dan bukan pula oleh karena negeri rakyat yang menjalankan kolonisasi itu ada terlampau sesak oleh banyaknya penduduk, — sebagai yang telah diajarkan oleh Gustav Klemm —, akan tetapi asalnya kolonisasi ialah teristimewa soal rezeki. “Yang pertama-tama menyebabkan kolonisasi ialah hampir selamanya kekurangan bekal-hidup dalam tanah-airnya sendiri”, begitulah Dietrich Schafer berkata. Kekurangan rezeki, itulah yang menjadi sebab rakyat Eropa mencari rezeki di negeri lain! Itulah pula yang menjadi sebab rakyat2 itu menjajah negeri-negeri, di mana mereka bisa mendapat rezeki itu. Itulah pula yang membikin “ontvoogding”-nya negeri-negeri jajahan oleh negeri-negeri yang menjajahnya itu, sebagai suatu barang yang sukar dipercayainya. Orang tak akan gampang-gampang melepaskan bakul-nasinya, jika pelepasan bakul itu mendatangkan matinya!… Baca lebih lanjut

SEBUAH NARASI REVOLUSI “SEJARAH REPUBLIK BOLIVARIAN VENEZUELA DAN GERAKAN KIRI BARU”

 Sejarah Berdirinya Negara Venezuela
Cristopher Columbus menemukan Venezuela pada saat pelayarannya yang ketiga menuju dunia baru. Pada tanggal 1 Agustus 1498 Columbus tercatat sebagai orang Eropa pertama yang menginjakkan kakinya didaratan utama Amerika Selatan. Kemudian Ia menghabiskan waktu dua minggu untuk meneliti daerah delta Rio Orinoco. Colombus mempercayai bahwa yang ditemukannya adalah “Taman Eden” (Garden of Eden) setelah dia kagum terhadap sumbersumber alam yang membentang, air yang segar dan bersih, serta perhiasanperhiasan mutiara yang dipakai penduduk setempat.13 Ekspedisi Spanyol yang kedua, selang satu tahun kemudian, dipimpin oleh Alfonso de Ojeda dan Amerigo Vespuci. Mereka berlayar kearah barat menyusuri pantai Tierra Firme (Sebagaimana kemudian dikenal sebagai Amerika Selatan) sejauh Lago de Maracaibo. Disana, gubuk-gubuk orang pribumi dibangun diatas gundukan batu diatas danau yang kemudian dikenang sebagai Vespucci of Venice, itulah yang menyebabkan ia memberikan nama daerah penemuannya sebagai Venezuela atau Little Venice.14 Dengan cepat berita ini menyebar ke seluruh dataran Spanyol dan ekspedisi-ekspedisi selanjutnya dilakukan secara rutin, dikendalikan oleh nafsu untuk menguasai, mencari kekuasaan dan kekayaan. Penyebabnya tak lain adalah mutiara-mutiara indah serta ha


sil pertambangan lainnya, dan dimulailah penjajahan di benua tersebut.

13 Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 65
14 Ibit

Baca lebih lanjut

PEMILU 2014; Dari Siapa, oleh Siapa dan Untuk Siapa ?

Pemilihan umum telah menipu kita..

sluruh rakyat dipaksa gembira..

Hak demokrasi di kantongi..

negeri kita belum merdeka..

“ Jika tak ada halangan, April 2014 mendatang akan ada hajatan besar yang digelar di Republik ini. Pemilihan Umum, dimana rakyat akan memilih wakil-wakil mereka untuk duduk di pemerintahan yang mana seharusnya menjadi tempat perumusan cara-cara mencapai kehidupan yang adil, makmur dan sentosa bagi seluruh rakyat Indonesia. Melihat dari proses terciptanya pemilu tahun ini, ada banyak pesimisme di benak saya. Saya pesimis bahwa benarkah para wakil-wakil rakyat nanti akan duduk bersabar, mengabdi untuk rakyat dengan melakukan perumusan-perumusan gagasan guna menciptakan kehidupan berbangsa-bernegara yang lebih baik. Diperkecilnya partai yang akan bertarung dipemilu nanti, sebenarnya tidak merubah esensi dari jalannya demokrasi kita. Kita tetap melihat bagaimana partai-partai yang ada tergopoh-gopoh mencari dana kampanye, kita masih melihat bagaimana calon-calon wakil rakyat kesana-kemari mencari anggaran kampanye mereka. Kita tidak melihat jelas bagaimana partisipasi dari rakyat dalam hal proses menuju pemilu 2014, seolah-olah benar apa yang sering kita katakan bahwa “ di dalam Demokrasi Indonesia, Rakyat hanya dibutuhkan saat pencoblosan “. Lantas jika benar demikian, dimana letak pendidikan politik untuk rakyat, dimana letak penyadaran politik untuk rakyat demi menunjang pengetahuan mereka tentang hak-hak mereka ? Baca lebih lanjut

Haji Misbach ; Muslim Komunis

Haji Misbach memiliki posisi yang unik dalam sejarah di Tanah Air. Namanya sedahsyat Semaun, Tan Malaka, atau golongan kiri lainnya. Di kalangan gerakan Islam, memang namanya nyaris tak pernah disebut lantaran pahamnya yang beraliran komunis. Menurut Misbach, Islam dan komunisme tidak selalu harus dipertentangkan, Islam seharusnya menjadi agama yang bergerak untuk melawan penindasan dan ketidakadilan. Lahir di Kauman, Surakarta, sekitar tahun 1876, dibesarkan sebagai putra seorang pedagang batik yang kaya raya. Bernama kecil Ahmad, setelah menikah ia berganti nama menjadi Darmodiprono. Dan usai menunaikan ibadah haji, orang mengenalnya sebagai Haji Mohamad Misbach. Kauman, tempat Misbach dilahirkan, letaknya di sisi barat alun-alun utara, persis di depan keraton Kasunanan dekat Masjid Agung Surakarta. Di situlah tinggal para pejabat keagamaan Sunan. Ayah Misbach sendiri seorang pejabat keagamaan. Karena lingkungan yang religius itulah, pada usia sekolah ia ikut pelajaran keagamaan dari pesantren, selain di sekolah bumiputera “Ongko Loro”. Menjelang dewasa, Misbach terjun ke dunia usaha sebagai pedagang batik di Kauman mengikuti jejak ayahnya. Bisnisnya pun menanjak dan ia berhasil membuka rumah pembatikan dan sukses.

Pada 1912 di Surakarta berdiri Sarekat Islam (SI). Bicara kepribadian Misbach, orang memuji keramahannya kepada setiap orang dan sikap egaliternya tak membedakan priyayi atau orang kebanyakan. Sebagai seorang haji ia lebih suka mengenakan kain kepala ala Jawa, Misbach mulai aktif terlibat dalam pergerakan pada tahun 1914, ketika ia berkecimpung dalam IJB (Indlandsche Journalisten Bond)-nya Marco. Pada tahun 1915, ia menerbitkan surat kabar Medan Moeslimin, yang edisi pertamanya tertanggal 15 Januari 1915 dan kemudian menerbitkan Islam Bergerak pada tahun 1917. Surat-surat kabar ini menjadi media gerakan yang sangat populer di Surakarta dan sekitarnya. Baca lebih lanjut

Gadai

jika senyummu mampu obati pilu,,,

lalu mengapa kau berlalu ???

jika sentuhanmu mampu padamkan api,,,

lalu mengapa kau bergegas pergi ???

tersenyumlah kembali…

sentuhlahlah kembali…

jiwa-jiwa yang mulai hina…

aku tak meminta dollar amerika…

tak butuh ringgit malaysia…

juga tak ingin emas permata…

aku hanya ingin Rupiah …

Rupiah yang tak lagi langka…

kau tau, tempe dan tahu sudah mulai menghilang ???

tak cukupkah batu bara dan gas bumi yang kau kuras ???

tak cukupkah hutang yang terus bertambah ???

tak cukupkah waktu kami yang kau rampas hanya untuk pesta demokrasi yang katanya menentukan masa depan kami ???

yaa…

aku tau kau pandai berbual…

dan sekarang ???

koruptor menang kembali…

investor kembali mencuri di ladang kami…

dan Militer kembali berjaga di bawah tangga rumah kami…

jika aku pandai merakit bom, akan ku pasang satu di kepalamu…

ingin ku ledakkan kepalamu, agar kutau isi otakmu…

jika aku pandai …

jika aku pandai…

jika akku pandai…

ahhh…. aku lupa,,

aku tak mungkin pandai,dengan penghasilan orang tua yang tak mampu membayar uang gadai…

yaa… menggadai… menggadaikan diriku, untuk selembar kertas yang akan mengantarkanku menuju pabrik…

tempat dimana aku akan di tempah untuk rajin bekerja, meski dengan upah murah…

… Lalu MATI…

aku melihat mereka berjalan…

dengan badan tegak, meski hati terkoyak…

aku melihat mereka bekerja…

teteskan keringat demi beban yang terpahat…

Kemana Negaraku ???

Kemana Bangsaku ???

Kemana Pemerintahku ???

Kemana Kaum Terpelajarku ???

… … oh Negaraku…

aku Lupa…

Negaraku kini sibuk mengurusi Korupsi…

aku Lupa…

oh Bangsaku…

aku Lupa Bangsaku kini sedaang sibuk mengurus Pemilu…

oh Pemerintahku aku Lupa…

Pemerintahku sedang sibuk mengurusi Selangkangan sang Perawan…

Oh Kaum Terpelajarku…

aku Lupa…

Kaum Terpelajarku sedang sibuk meniti Karier mereka…

Wahai rakyat Indonesia,,,

mari menanam tongkat dan batu…

barangkali di sana akan tumbuh pengobat pilu…

Wahai rakyat Indonesia…

jangan lagi takut dengan palu dan arit…

sebab dengan palu itulah kita akan tidur di gedung yang tinggi…

sebab dengan arit itulah, kita menggali makanan yang bergizi…

… rakyat Indonesia…

di jajah lalu mati…

apakah itu takdir kita ???

Tesis Mengenai Persoalan Kebangsaan dan Kolonial

Dokumen Komunis Internasional

Diadopsi oleh Kongres Kedua, Internasional Ketiga, Agustus 1920

Penerjemah: Dipo Negoro (6 Juni 2013)
Penyunting: Ted Sprague

1. Sebuah konsepsi abstrak atau formal mengenai persoalan kesetaraan secara umum dan kesetaraan nasional secara khusus adalah karakteristik kaum borjuasi dalam sifatnya. Dengan dalih kesetaraan untuk manusia secara umum, demokrasi borjuasi menyatakan kesetaraan formal legal dari para pemilik modal dan proletariat, dari yang menindas dan yang ditindas, dan dengan demikian amat sangat menipu klas-klas tertindas. Gagasan kesetaraan, yang dengan sendirinya merupakan refleksi dari hubungan produksi komoditi, ditransformasikan oleh kaum borjuasi, dengan dalih kesetaraan absolut untuk manusia, menjadi alat perjuangan melawan penghapusan klas-klas. Signifikansi sesungguhnya dari tuntutan kesetaraan terdapat hanya di dalam tuntutan untuk penghapusan klas-klas.

Baca lebih lanjut

Pengenalan Kepada Teori Ekonomi Marxis

Versi Online:   Marxists Internet Archive, 2006.
Alih bahasa:  
Nestor Paz Zamora, 2006


I. Teori Nilai dan Nilai Lebih

Dalam analisa terakhir, setiap langkah maju dalam sejarah peradaban telah terjadi karena peningkatan produktivitas kerja. Selama sekelompok manusia tertentu dengan susah payah memproduksi dengan cukup untuk mempertahankan hidup mereka sendiri, selama tidak ada surplus diatas produk kebutuhan tersebut, adalah tidak mungkin terjadi pembagian kerja dan kemunculan pekerja tangah ahli, artis atau kaum terpelajar. Dibawah kondisi tersebut, prasyarat untuk spesialisasi semacam itu tidak didapatkan.
I.1 Produk Surplus Sosial
Selama produktivitas kerja tetap pada tingkat dimana satu orang hanya dapat menghasilkan cukup untuk kebutuhan hidupnya sendiri, pembagian sosial tidak terjadi dan diferensiasi sosial apapun didalam masyarakat adalah tidak mungkin. Dibawah kondisi tersebut, semua orang adalah produsen dan mereka semua ada pada tingkat ekonomi yang sama.
Setiap peningkatan dalam produktivitas kerja melewati titik rendah tersebut membuat surplus kecil menjadi mungkin, dan seketika terdapat surplus produk, seketika dua tangan manusia dapat memproduksi lebih dari yang dia butuhkan untuk kebutuhan hidupnya sendiri, kemudian kondisi telah dibentuk untuk sebuah perjuangan bagaimana surplus tersebut akan dibagikan.
Sejak saat ini, pengeluarkan total kelompok sosial tidak lagi terdiri hanya dari kerja kebutuhan untuk keberlangsungan hidup produsennya. Beberapa dari hasil kerja tersebut sekarang dapat digunakan untuk melepaskan sebuah seksi masyarakat dari kewajiban untuk berkerja demi keberlangsungan hidupnya sendiri.

Baca lebih lanjut